Gong Perdamaian Dunia
0
komentar
Masyarakat Ciamis, Jawa Barat, Ahad (9/9), menggelar tradisi menabuh Gong Perdamaian Dunia di tempat wisata Karangkamulya. Keunikan dari tradisi ini adalah serba sembilan. Misal dilakukan tepat bulan sembilan, tanggal sembilan, dan pada pukul 09.09. Itu merujuk pada kepercayaan angka sembilan adalah angka tertinggi.
Selain menabuh gong, sebanyak 99 tokoh masyarakat dan tokoh adat yang berada di wilayah Jawa Barat, seperti tokoh Kampung Naga, Kasepuhan Adat Sumedang Larang dan lainnya. Hadir pula untuk acara tahun ini Wakil Kepala Kepolisian RI Komjen Pol Nanan Soekarna mengingat sejumlah peristiwa teror kembali terjadi di Tanah Air. Diharapkan adanya gong perdamaian ini bisa mempersatukan masyarakat untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya aksi teror.
Dengan diiringi musik kecapi dan suling, sebanyak sembilan orang yang terdiri dari tokoh masyarakat, kuncen, dan pejabat setempat, tepat pukul 09.09 WIB secara bergiliran menabuh gong perdamaian. Setelah itu, sebanyak 99 tokoh masyarakat dan tokoh adat di wilayah Jabar membubuhkan tanda tanagn di atas kain putih sepanjang 9 meter.
Menurut Brigadir Jenderal Polisi Anton Charlyn, penggagas Gong Perdamain, tradisi ini bertujuan untuk membina kesatuan dan persatuan antar-daerah dan agama di dunia, sehingga gong yang berdiametrer 3,33 meter dipenuhi ukiran bendera dari berbagai negara. Meski tradisi ini sudah ada sejak lama, gong dengan tema perdamaian dunia baru digelar sejak tahun 1999. Karangkamulya sendiri adalah tempat dimana Kerajaan Galuh mulai berdiri.
Anton menjelaskan tradisi ini mulanya dipicu persengketaan antara Pangeran Hariangbanga dan Ciung Wanara. Perselisihan itu akhirnya bisa diselesaikan dengan sabung ayam. Kedua pangeran itu menjadi pendiri dua kerajaan, Majapahit dan Pajajaran. Dari situlah Karangkamulyan dijadikan jiarah sejarah peninggalan raja Galuh.
Sumber : www.metrotvnews.com