Pecahkan Rekor Muri, Satu Keluarga Diwisuda Bareng
0
komentar
SURABAYA, SABTU - Untuk pertama kali di Tanah Air, satu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak diwisuda secara bersamaan. Karena keunikannya itu, keluarga tersebut dicatat dalam Musium Rekor Indonesia (Muri).
Wajah penuh kebahagiaan tidak bisa disembunyikan oleh Dr.Tandyo Hasan SH, M.Kn. Dia bersama istrinya Dr. Inge Soesanto, SH, M.Kn dan putera pertamanya Michael Hans mendapat penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (Muri).
Karena bersama-sama lulus di program doktoral Fakultas Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan diwisuda bareng dengan sang anak.
Penghargaan Muri tersebut diserahkanke keluarga yang tinggal di Klampis Anom Surabaya ini dalam acara wisuda yang di Gedung Auditorium Unair kampus C Mulyorejo, Sabtu (18/4). Diserahkan langsung oleh Ketua Muri, Jaya Suprana.
Tandyo Hasan saat berbincang dengan detiksurabaya.com usai wisuda di Restauran Mutiara Jalan Manyar Kertoardjo mengungkapkan, ide ini berawal dari candaan teman-teman serta dosen pembimbingnya kalau apa yang terjadi layak masuk Muri.
Keduanya pasangan yang kuliah bersama dan ujian bersama-sama. Masuk Unair di program doktoral Fakultas Pascasarjana pada tahun 2005. Dia kemudian menghubungi pihak Muri. Tanpa menunggu lama dia mendapat jawaban kalau mereka layak masuk Muri.
"Tidak ada maksud apa-apa, karena ide untuk memasukkan ke Muri adalah iseng. Teman-teman mengatakan karena saya dan istri pantas masuk Muri. Saya kontak dan diberi jawaban Februari," ungkapnya dengan wajah sumringah.
Pria yang juga seorang notaris ini mengatakan penghargaan dari Muri adalah anugerah terindah dari Tuhan. Apa yang terjadi dalam kehidupannya tidak dia rencanakan.
Dia tidak memasang target dengan apa yang dilakukannya. Penghargaan
ini juga diharapkannya bisa memotivasi bagi orang lain untuk belajar tanpa terbatas umur. "Saya jalani semua seperti air, mengalir saja. Saya tidak mau pasang target," katanya yang diamini sang istri, Inge.
Sementara itu sang istri, Inge mengatakan kalau dia kuliah karena 'iri' dengan sang suami yang tidak pernah berhenti belajar. Dia pun memutuskan masuk kuliah kembali dan belajar bersama.
Perempuan yang masih terlihat cantik diusia 52 tahun tersebut mengungkapkan kalau kuliah kembali tidak membuatnya melupakan tanggungjawab sebagai istri, ibu dan juga seorang pengajar.
"Semuanya saya jalani seperti air. Saya beruntung sekali dikaruniai suami dan anak-anak yang tidak membuat saya repot," tuturnya.
Inge menututurkan kuliah lagi memberi motivasi pada anaknya. Sebagai orangtua ini ingin anaknya menjadi orang yang baik dan berguna. Ketika mereka belajar bersamaan seperti sekarang ini membuat dia dekat dengan keluarga. "Saya bisa kenal dunia anak saya begitupula dengan anak saya. Kita bisa berdiskusi bersama," tuturnya.
Sementara itu, Michael Hans sang anak mengatakan kalau dirinya mengaku sangat bahagia karena bisa wisuda bersama dengan orangtuanya. Selama ini menurut mahasiswa Internasional Bussiness Management Kristen Petra Surabaya kedua orangtuanya tidak pernah memaksakan dirinya untuk menjadi apapun.
"Orangtua menyerahkan sepenuhnya ke saya. Saya mau jadi apapun mereka tidak memaksakan kehendak," ujarnya.
Setelah wisuda ini kata Michael dia akan melanjutkan lagi ke program S-2 di Unair. "Saya ambil S-2 lagi, menunggu pengumuman masuk atau tidak," pungkasnya.
Muri menganugerahi tiga kategori penghargaan rekor, yakni ayah, ibu dan anak yang wisuda bersamaan. suami-istri yang menempuh program doktor bidang ilmu hukum secara bersamaan dan Unair ini diwisuda Rektor Unair Surabaya, Fasich dalam upacara wisuda yang diikuti 1.889 wisudawan, yakni 1.374 wisudawan S-1, 162 wisudawan S-2, 53 wisudawan S-3 dan 300 wisudawan D-3.
Wajah penuh kebahagiaan tidak bisa disembunyikan oleh Dr.Tandyo Hasan SH, M.Kn. Dia bersama istrinya Dr. Inge Soesanto, SH, M.Kn dan putera pertamanya Michael Hans mendapat penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (Muri).
Karena bersama-sama lulus di program doktoral Fakultas Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan diwisuda bareng dengan sang anak.
Penghargaan Muri tersebut diserahkanke keluarga yang tinggal di Klampis Anom Surabaya ini dalam acara wisuda yang di Gedung Auditorium Unair kampus C Mulyorejo, Sabtu (18/4). Diserahkan langsung oleh Ketua Muri, Jaya Suprana.
Tandyo Hasan saat berbincang dengan detiksurabaya.com usai wisuda di Restauran Mutiara Jalan Manyar Kertoardjo mengungkapkan, ide ini berawal dari candaan teman-teman serta dosen pembimbingnya kalau apa yang terjadi layak masuk Muri.
Keduanya pasangan yang kuliah bersama dan ujian bersama-sama. Masuk Unair di program doktoral Fakultas Pascasarjana pada tahun 2005. Dia kemudian menghubungi pihak Muri. Tanpa menunggu lama dia mendapat jawaban kalau mereka layak masuk Muri.
"Tidak ada maksud apa-apa, karena ide untuk memasukkan ke Muri adalah iseng. Teman-teman mengatakan karena saya dan istri pantas masuk Muri. Saya kontak dan diberi jawaban Februari," ungkapnya dengan wajah sumringah.
Pria yang juga seorang notaris ini mengatakan penghargaan dari Muri adalah anugerah terindah dari Tuhan. Apa yang terjadi dalam kehidupannya tidak dia rencanakan.
Dia tidak memasang target dengan apa yang dilakukannya. Penghargaan
ini juga diharapkannya bisa memotivasi bagi orang lain untuk belajar tanpa terbatas umur. "Saya jalani semua seperti air, mengalir saja. Saya tidak mau pasang target," katanya yang diamini sang istri, Inge.
Sementara itu sang istri, Inge mengatakan kalau dia kuliah karena 'iri' dengan sang suami yang tidak pernah berhenti belajar. Dia pun memutuskan masuk kuliah kembali dan belajar bersama.
Perempuan yang masih terlihat cantik diusia 52 tahun tersebut mengungkapkan kalau kuliah kembali tidak membuatnya melupakan tanggungjawab sebagai istri, ibu dan juga seorang pengajar.
"Semuanya saya jalani seperti air. Saya beruntung sekali dikaruniai suami dan anak-anak yang tidak membuat saya repot," tuturnya.
Inge menututurkan kuliah lagi memberi motivasi pada anaknya. Sebagai orangtua ini ingin anaknya menjadi orang yang baik dan berguna. Ketika mereka belajar bersamaan seperti sekarang ini membuat dia dekat dengan keluarga. "Saya bisa kenal dunia anak saya begitupula dengan anak saya. Kita bisa berdiskusi bersama," tuturnya.
Sementara itu, Michael Hans sang anak mengatakan kalau dirinya mengaku sangat bahagia karena bisa wisuda bersama dengan orangtuanya. Selama ini menurut mahasiswa Internasional Bussiness Management Kristen Petra Surabaya kedua orangtuanya tidak pernah memaksakan dirinya untuk menjadi apapun.
"Orangtua menyerahkan sepenuhnya ke saya. Saya mau jadi apapun mereka tidak memaksakan kehendak," ujarnya.
Setelah wisuda ini kata Michael dia akan melanjutkan lagi ke program S-2 di Unair. "Saya ambil S-2 lagi, menunggu pengumuman masuk atau tidak," pungkasnya.
Muri menganugerahi tiga kategori penghargaan rekor, yakni ayah, ibu dan anak yang wisuda bersamaan. suami-istri yang menempuh program doktor bidang ilmu hukum secara bersamaan dan Unair ini diwisuda Rektor Unair Surabaya, Fasich dalam upacara wisuda yang diikuti 1.889 wisudawan, yakni 1.374 wisudawan S-1, 162 wisudawan S-2, 53 wisudawan S-3 dan 300 wisudawan D-3.